RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR

RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR - Hallo Warga Tani Warga Tani-Tumbuh Bersama Petani Indonesia Maju, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Obat Pertanian, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.



Judul : RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR
link : RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR

Baca juga


RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR

 Residu pestisida-

 -Golongan Organo-klorin dan Organofosfat ditemukan pada keempat jenis sayuran sampel. Golongan Karbamat hanya ditemukan pada bayam, sedangkan Piretroid ditemukan pada kangkung dan sawi. 

Jenis Pestisida

 

Residu yang ditemukan ini sejalan dengan penggunaan pestisida oleh petani seperti Curacron, Decis 2,5 EC, Dursban 20 EC, Antracol 20 WP, Sevin 85 S, Sevidol 4 G, dan Dithane M-45 yang diaplikasikan dengan interval waktu 3 hari sampai 7 hari.  

Berdasarkan hasil analisa terlihat residu untuk ketiga komoditi sayuran sampel semuanya hampir sama, kemungkinan karena penggunaannya yang sama untuk ketiganya ditanam/dibudidayakan pada satu areal pertanaman. 

Sedangkan untuk sampel sayuran buah (kacang panjang) hanya ditemukan residu yang ditemukan hanya dari golongan organoklor dan organofosfat karena lokasi penanaman kacang panjang terpisah dengan tanaman sayuran daun sehingga penggunaan pestisida terbatas untuk mengen-dalikan OPT pada komoditi tersebut.

 Kandungan residu pestisida pada sayuran daun lebih banyak dibanding sayuran buah karena ketiga jenis sayuran daun tersebut mempunyai OPT yang lebih beragam dibanding OPT pada kacang panjang sehingga penggunaan pestisida pada sayuran daun lebih beragam dan aplikasinya dilaku-kan dengan mencampur sekaligus beberapa jenis pestisida. 

 Bila dibandingkan dengan nilai Batas Maksimum Residu (BMR) terlihat bahwa nilai residu untuk keempat jenis sayuran sampel berada dibawah BMR. Untuk golongan Organoklorin pada sampel bayam kisaran nilai residu pestisida (Heptaklor 3.7 kali lebih rendah dari BMR; Aldrin 5,6 kali lebih rendah dari BMR; Endosulfan 152,6 kali lebih rendah dari BMR; Lindan 384,6 kali lebih rendah dari BMR). 

Nilai residu golongan Organofosfat 

 (Klorpirifos 3,49 dibawah BMR; Profenofos 32,2 kali lebih rendah dari BMR); sedangkan untuk Golongan Karbamat (karbofuran) 57.5 kali lebih rendah dari BMR. Pada Tabel 1 juga memperlihatkan bahwa kangkung nilai residu untuk golongan Organoklorin (Heptaklor 25,6 kali lebih rendah dari BMR; Lindan 140,8 kali lebih rendah dari BMR); untuk golongan Organofosfat (Klorpirifos 4,8 kali lebih rendah dari BMR; Diazinon 29,2 kali lebih rendah BMR; Monokrotofos 10,8 kali rendah dibawah BMR). 

 Untuk sampel Sawi, golongan Organoklorin (Heptaklor 793,6 kali dibawah BMR, Endosulfan 086,2 kali dibawah BMR, Lindan 131,5 kali dibawah BMR); untuk golongan Organofosfat (Diazinon 32,2 kali rendah di bawah BMR; Monokrotofos 14,9 kali rendah di bawah BMR dan Paration 23,8 kali rendah di bawah BMR) ; Golongan Pyretroid (Sipermetrin) 222 kali dibawah BMR. 

Untuk sayuran buah (kacang panjang) golongan Organoklorin (Endosulfan 44,6 kali lebih rendah BMR, Lindan 13,5 kali lebih rendah dari BMR. Golongan Organofosfat (Klorpirifos 8,9 kali lebih rendah dari BMR; Profenofos 76,9 kali lebih rendah BMR; Monokrotofos 1,25 kali rendah dibawah BMR).  

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdeteksinya pestisida tergantung sifat dari pestisida tersebut dan kemungkinan juga berhubungan dengan frekuensi aplikasi pestisida yang dilakukan secara rutin 2-3 kali seminggu dengan cara mencampurkan beberapa jenis pestisida untuk tiap kali aplikasi tanpa mempertimbangkan ada tidaknya serangan OPT di lapangan. 

 Residu yang terdapat dalam tanaman dapat berasal dari pestisida yang langsung diaplikasikan pada tanaman, atau yang diaplikasikan melalui tanah dan air. 

Selain daripada itu residu dapat berasal dari kontaminasi melalui hembusan angin, debu yang terbawa hujan dari daerah penyemprotan yang lain, dan juga penanaman pada tanah yang mengandung pestisida persisten. (Nugrohati dan Untung, 1986).

 Tinggi rendahnya residu pestisida pada tanaman ditentukan oleh jenis pestisida, dosis dan frekuensi aplikasi, serta waktu aplikasi. 

 Pengaruh jenis pestisida terhadap tingkat residu tergantung pada sifat-sifat fisika dan kimiawinya. Molekul pestisida organofosfat yang mengandung bahan aktif klorpirifos yang mengandung gugus fungsi hidroksil, menyebabkan bahan aktif tersebut dapat terserap dengan mudah ke dalam sayuran.  

Aplikasi dilakukan sampai dengan seminggu ataupun 2 hari sebelum panen (Hasil wawancara). Keadaan ini selain tidak sesuai dengan anjuran penggunaan pestisida yang 5 tepat (jenis, waktu, cara, sasaran, dosis/ konsentrasi/volume) juga tidak ekonomis (Djojosumarto, 2008) . 

Dari sisi keamanan pangan hal ini tidak dibenarkan karena residu pestisida yang tertinggal dapat membahaya-kan konsumen terutama untuk golongan pestisida yang dikategorikan memiliki persistensi tinggi, dimana proses penguraian (degradasi) residu berlangsung lama bahkan ada yang lebih dari 100 hari (Dadang, 2005).  

Menurut Kepmentan nomor 434.1/ Kpts/TP.270/7/2001 terdapat 37 jenis bahan aktif pestisida yang dilarang untuk diedarkan dan digunakan, diantaranya adalah aldrin, heptaklor, diazinon, lindan, endosulfan, fention, kuinalfos dan triklorfos. 

Tetapi hasil analisis dan kenyataan di lapangan menunjuk-kan bahwa petani masih menggunakan beberapa jenis pestisida yang telah dilarang penggunaannya dan ditarik dari pasaran oleh pemerintah (Diazinon-1997, Lindan (Sevidol)-1984, klorpirifos (Dursban)-1998 (Wudianto, 2001). 

 Hasil analisis pada Bayam, Sawi dan Kacang panjang menunjuk-kan bahwa bahan aktif endosulfan terdeteksi ini kemungkinan bahwa bahan aktif tersebut masih digunakan oleh petani, walaupun sudah ada peraturan pemerintah yang melarang penggunaan jenis pestisida tersebut, atau bahan aktif tersebut masih terdapat dalam tanah dan belum terdegradasi sempurna. 

Endosulfan termasuk dalam kelompok organoklorin yaitu Golongan pestisida yang lebih dominan digunakan oleh petani, karena lebih mudah didapat di pasaran. 

 Di sisi lain golongan Organoklorin memiliki sifat persistensi yang tinggi sehingga lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk terurai dibandingkan pestisida golongan lainnya, dengan demikian residunya dapat bertahan lebih lama di lingkungan termasuk pada sayuran (Tarumengkeng, 1991).  

Walaupun demikian nilai residu pestisida pada sampel empat jenis sayuran segar pada pengujian ini masih berada di bawah nilai BMR. 

 Beberapa faktor yang kemungkinan menyebabkan rendahnya residu pestisida pada sampel sayuran yang diuji antara lain: penggunaan pestisida jauh di bawah dosis anjuran, penyiraman tanaman dilakukan 3 kali sehari (pagi, siang, sore), dan juga sampel tanaman dihasilkan selama musim penghujan sehingga kemungkinan terjadi pencucian pestisida. 

Adanya perlakuan pasca panen seperti mencuci sayuran sebelum dipasarkan; serta untuk menjaga kesegaran sayuran ketika di jual di pasar, maka sayuran selalu disiram/dicelup dalam air. Hal-hal ini kemungkinan juga dapat mengurangi residu yang tertinggal pada permukaan sayuran sampel.  

KESIMPULAN  

Pestisida golongan Organoklorin, Organo-fosfat, Karbamat dan Piretroid terdeteksi terdapat dalam sayuran bayam, kangkung, sawi dan kacang panjang segar di sentra pemasaran Mardika dan Passo, Kota Ambon. Golongan pestisida ini ditemukan di dalam pestisida Heptaktor, Aldrin, Endosulfan, Lindan, Klorpirifos, Profenofos, Diazinon, Monokrotofos, Paration, Karbofuran, dan Sipermatrin Kandungan residu berada di bawah Batas Maksimum Residu (BMR) berdasarkanSKB Menteri Kesehatan dan Menteri Pertanian No.881/MENKES/SKB/ VIII/1996 dan No. 711/Kpts/TP270/8/96, dan dan Peraturan Menteri Pertanian No.27/ Permentan/ PP.340/5/2009.

Sumber:Jurnal Ilmu Budidaya Tanam 2012 Fakultas Pertanian Unpatti